Kiat Manajer Agil Atasi Isu Suap di Perserikatan 1987-88

Terpenuhinya segala kebutuhan pemain menjadi kunci.

Pemain Persebaya era Perserikatan. (foto: Bajul Ijo.net)

“Bayaran yang diterima pemain Persebaya saya jamin paling tinggi diantara tim yang ada,” kata Agil Haji Ali ketika menjelaskan Persebaya musim 1987-1988 dikutip dari Majalah TEMPO edisi 2 April 1988 lalu.

Isu tentang praktik suap dalam sepak bola Indonesia memang kerap kali berhembus dan dibicarakan oleh para penggemar sepak bola. Tampaknya isu seperti ini sudah terjadi sejak era Perserikatan. Maka, manajer Persebaya pada kompetisi 1987-1988 lalu Agil Haji Ali, yang dikenal sebagai manajer 1001 kiat, merancang sebuah perencanaan agar pemainnya bisa terhindar dari isu praktik kotor yang berpotensi mengganggu konsentrasi tersebut dan lebih fokus untuk memberikan peforma maksimal untuk tim.

Perjuangan Persebaya untuk menjadi juara kompetisi Perserikatan 1987-1988 memang tidaklah mudah dan penuh perjuangan. Bahkan juga harus melalui pertandingan unik nan nyentrik yang kini menjadi salah satu pertandingan paling bersejarah bagi Persebaya, “kalah 0-12” dari Persipura di Gelora 10 November.

Dana yang dikeluarkan pun tidak sedikit. Dikutip dari Majalah TEMPO (2/04/1988), untuk berkompetisi di Perserikatan 1987-1988, Bajul Ijo mengeluarkan kocek kurang lebih Rp 300 juta, dimana sumbernya berasal dari partisipasi pengusaha-pengusaha di Jawa Timur dan pemasukan tiket pertandingan. “Rp 250 ribu dari dana itu hasil sumbangan Paguyuban Tukang Becak Surabaya,” kata manajer Agil. Hal tersebut membuatnya begitu terharu. Salah satu bukti bahwa masyarakat Surabaya begitu mencintai tim kebanggaannya, Persebaya Surabaya.

Para pemain beserta keluarganya juga diperhatikan oleh manajemen. Segala kebutuhan dipenuhi. Tiap bulannya, setiap keluarga pemain mendapatkan kebutuhan pokok beras sebanyak 30 Kg, gula sebanyak 7 Kg, Minyak goreng sebanyak 3 Kg, dan uang untuk belanja sebesar Rp 60 ribu. Termasuk juga biaya kesehatan dan bonus yang akan didapatkan pemain.

Tentu saja kiat dari manajemen Persebaya sangat efektif untuk menghindarkan pemain dari isu praktik suap. Dengan diberikannya fasilitas dan kenyamanan, pemain Persebaya bisa fokus untuk bermain dan memberikan peforma terbaik bagi tim. Hal itu terbukti dengan penampilan Bajul Ijo yang begitu menawan.

Pada grup Wilayah Timur, Persebaya sudah memastikan diri untuk lolos sebagai juara grup ketika pertandingan masih tersisa. Dan pada babak 6 besar di Jakarta, Bajul Ijo tetap berjuang untuk menyegel satu tiket final, dimana ketika itu akhirnya mampu mengalahkan Persija dengan skor 3-2.