Klub Background Media Yang Loyo Bermedia
![]() |
Presiden klub Azrul Ananda ketika menonton di tribun stadion. (foto: Persebaya.id) |
Dalam sebuah kesempatan mengisi kuliah tamu bulan Februari 2020 lalu, Presiden Klub Azrul Ananda mengatakan kepada audiens bahwa salah satu kunci sukses YouTube Persebaya yang merangsek ke papan atas klub Asia hadir dari internal Persebaya.
"Mungkin karena tim ini backgroundnya orang-orang media. Jadi bisa menciptakan konten-konten yang ada," kata AZA ketika itu. [source]
Tidak berhenti sampai situ saja, pak Azrul menambahkan jika era digital seperti sekarang semua orang bermedia sendiri dan menjadi filter medianya sendiri juga. Tentu saja itu merupakan modal penting bagi Persebaya untuk terus survive dan semakin berkembang kedepannya.
"Kalau Persebaya mau besar, kita tidak bisa mengandalkan media-media lain. Kita harus mengandalkan kemampuan kita sendiri untuk bermedia," lanjut pak Azrul.
Masih Kurang Berkembang
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa menciptakan konten sendiri secara produktif adalah hal yang sangat baik untuk klub dan penggemar. Selain bisa menambah pemasukan dari iklan yang ada di YouTube, juga sebagai kesan profesional bahwa "dapur" dari klub tersebut masih bekerja.
Namun jika menilik media sosial Persebaya saat ini, tampaknya banyak sektor yang belum begitu berkembang. Ya bisa dikatakan belum sejajar lah dengan pernyataan pak Azrul Ananda yang diawal tulisan tadi.
Ambil contoh dari YouTube. Total produksi konten Persebaya jauh tertinggal dari deretan tim elite Liga Indonesia. Dalam sebuah konten data yang pernah Bonek Digital publikasikan di Instagram dan Twitter tanggal 7 Februari lalu, Persebaya hanya mampu memproduksi 97 konten saja sejak April 2020 sampai 7 Februari 2021.
Bajul Ijo berada pada posisi juru diantara tim elite yang sangat produktif dalam konten seperti Persija Jakarta yang merilis 297 konten, Persib Bandung dengan 189 konten, Arema FC dengan 169 konten, atau malah bahkan Bali United yang sudah memproduksi 119 konten meski baru memulai kembali atau reset channel YouTube mereka pada Agustus 2020!
Konten tersebut dapat Anda baca dalam Embed post Instagram di bawah ini.
Ini tentu sebuah penurunan yang sangat signifikan, pasalnya Persebaya sempat meraih posisi runner up views YouTube terbanyak klub sepak bola wilayah Asia dalam rentang waktu 1 Januari hingga 30 Juni 2020 dengan 21,6 juta penonton berdasarkan data yang dihimpun oleh Depor Finanzas.
"... Masa pendemi bukan penghalang untuk berkarya. Paling tidak itulah semangat yang diusung oleh tim media Persebaya," tulis rilis resmi Bajul Ijo dalam website resminya [source].
Sayangnya, seretnya produksi konten itu juga merembet ke media sosial lainnya seperti Instagram, Facebook, serta Twitter. Produksi konten hanya seputar foto-foto lama para penggawa Persebaya.
Ada Banyak Referensi, Tinggal Tekat dan Kemauan
Bonek Digital pun bukan kali ini saja mengkritisi lambannya produksi konten Persebaya. Sudah ada beberapa kritik dan masukan dari kami agar Persebaya ini, yang melalui pak Azrul Ananda menyatakan bahwa background manajemennya orang media, bisa lebih produktif dalam memproduksi konten.
Salah satunya ketika pada persiapan Extraordinary Liga 1 2020 lalu, kami menulis soal referensi konten yang bisa dikembangkan oleh Persebaya untuk meraup untung dari YouTube. Anda bisa membacanya di laman berikut: 5 Referensi Konten Untuk Persebaya Selama Extraordinary Liga 1 2020
Bukan tanpa alasan, sebab selama ini konten yang diproduksi juga cenderung monoton berkaitan itu-itu saja, misalnya latihan. Itupun dengan konsep yang sama pula. Selain itu konsep dari konten Q&A juga flat dan pertanyaannya sangat bisa diprediksi oleh suporter.
Publikasi konten di website juga belum digeber secara maksimal. Padahal, ada
banyak kategori yang bisa dieksplorasi misalnya dengan menulis konten On
This Day yang sarat akan wawasan dan sejarah. Atau bahkan melibatkan pemain dan ulasan pelatih, seperti ilustrasi yang pernah Bonek Digital buat dalam Konsep Aplikasi Persebaya Selamanya v3.0
Tim dengan background media tentu tidak sulit untuk menghasilkan konten semacam itu. Ada banyak data akurat sebagai acuan untuk mengolah tulisan.
Bincang-bincang dengan pemain juga bisa dieksplorasi menjadi konten. Dibandingkan dengan media luar yang harus menghadapi sebuah "tembok" dan harus meminta waktu agar tidak mengganggu sang pemain, Persebaya sudah punya power dan keleluasaan untuk itu karena bisa direct secara langsung mewawancarai sang pemain kapanpun waktunya.
Ini yang seharusnya jadi perhatian. Ada banyak ide yang bisa digali oleh orang-orang dengan background media di Persebaya, untuk menjalankan Persebaya bermedia sendiri seperti yang dikatakan pak Azrul di awal tulisan tadi.
Yang paling kuat dari ini, hanya soal inisiatif dan kemauan saja.
Jika Terpaksa, Buka Lowongan Magang
Ini sebenarnya cukup ekstrem, dengan membuka kesempatan kepada orang luar untuk turut ambil bagian dalam proses bermedia Persebaya. Kami berpendapat dengan adanya treatment khusus, tim kreatif saat ini masih bisa untuk berkembang lebih produktif.
Namun dengan kondisi sekarang yang misalnya membutuhkan personel tambahan serta keperluan menggali ide fresh untuk konten, mungkin lowongan magang ini bisa menjadi pertimbangan. Apalagi sebelumnya Persebaya juga bekerja sama dengan sekolah untuk menghandle proses broadcasting.
Sebuah win-win solution juga, mengingat Persebaya akan mendapatkan bantuan untuk memproduksi konten berkualitas, sedangkan sang kreator bisa menambah pengalaman dan portofolio bagi dirinya. Pun juga bisa menambah relasi dan mengetahui budaya internal Persebaya.
Itulah opini kami soal media Persebaya khususnya sektor kreatif. Semoga dengan adanya kritik dan masukan dari para suporter, Bajul Ijo bisa terus terbang tinggi dan mengikuti perkembangan jaman dengan bermedia sendiri dengan kualitas yang ciamik soro!
Salam Satu Nyali, WANI!
Posting Komentar