Separuh Kekuatan Inti Bajul Ijo Hadapi Klub Korea

Banyaknya pemain yang dipanggil timnas dan cedera membuat perjuangan semakin tidak mudah.
Pemain Persebaya saat menghadapi Hyundai Ulsan.(foto: Rizal Syahira/Tabloid BOLA) 
Paska kemenangan 3-1 di Final Liga Indonesia 1996-1997 pada 28 Juli 1997, Persebaya tidak bisa berleha-leha. Bajul Ijo sudah ditunggu tim asal Korea Hyundai Ulsan di Piala Champions (kini Liga Champions Asia) pada bulan Agustus dan September.

Melawan tim yang juga juara Liga Korea tersebut bukan urusan mudah dan butuh kerja keras. Namun Persebaya justru harus menghadapi kenyataan pahit karena berurusan dengan timnas Indonesia proyeksi SEA Games 1997 Jakarta.

Ya, Persebaya yang bergelimang pemain berkualitas awalnya harus menyerahkan enam pemain bintangnya ke Pelatnas: Aji Santoso, Khairil Anwar, Uston Nawawi, Anang Ma'ruf, Bejo Sugiantoro dan Eri Irianto.

Gelandang enerjik Eri Irianto harus dicoret pelatih Henk Wullems dari tim nasional karena masih harus beristirahat akibat kabarnya menderita sakit cacar. Sehingga total Persebaya harus kehilangan lima penggawa terbaiknya.

Permohonan Ditolak KONI

Timnas Indonesia akan sibuk menghadapi SEA Games 1997 yang digelar Oktober 1997. Semua pemain berkualitas dari klub mulai dikumpulkan untuk keperluan Pelatnas. Sementara Persebaya juga menghadapi pertandingan besar Piala Champions yang turut membawa nama bangsa.

"Rebutan" pemain tidak terhindarkan. Polemik ini terjadi pada awal bulan Agustus dan melibatkan sudut pandang banyak pihak seperti PSSI, pelatih Timnas, hingga KONI.

Dengan komposisi skuad yang timpang seperti saat itu, tentu Persebaya harus berjuang melobi agar pemainnya diizinkan membela Bajul Ijo demi meraih hasil terbaik, yang juga membawa nama bangsa di kancah Asia.

Namun permohonan itu akhirnya ditolak secara tegas oleh KONI Pusat. "Timi sepak bola tidak boleh diacak-acak lagi," kata Ketua Umum KONI Pusat Wismoyo Arismunandar dikutip dari KOMPAS (15/08/1997 hlm. 16).

Wismoyo menambahkan jika itu adalah momentum untuk timnas menyiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa berprestasi dan meraih medali emas di SEA Games yang dibuka 11 Oktober 1997. Sehingga pemain yang sudah bergabung tidak boleh diganggu dan harus berkonsentrasi penuh.

"Kita harus mulai konsentrasi untuk menciptakan team work yang bagus. Timnas-nya saja belum terbentuk. Kita belum punya tim yang solid, masih mencari-cari. Kalau diacak-acak terus kita tidak akan bisa bentuk tim yang solid," lanjut Wismoyo dikutip dari KOMPAS (15/08/1997 hlm. 16).

Sementara pelatih Persebaya Rusdy Bahalwan saat itu berharap pemainnya bisa kembali bergabung untuk pertandingan melawan Hyundai ingin memastikan kembali ke PSSI karena permohonan yang diajukan memang ke PSSI, bukan KONI.

Sebab menurut pelatih yang juga legenda Persebaya tersebut, sulit mencari pengganti yang sepadan, termasuk dampaknya secara keseluruhan untuk tim.

"Kemampuan individual barangkali setaraf. Tetapi membangun kerja sama tim itu tidak mudah," kata coach Rusdy dikutip dari KOMPAS (15/08/1997 hlm. 16).

Pinjam Pemain Dari Tim Lain

Karena kekurangan pilar inti, Persebaya menempuh jalan lain dengan meminjam pemain dari klub lain. Ada beberapa yang masuk dan bergabung, seperti Andy Setiono dan Sasi Kirono dari Petrokimia Gresik serta Tarmizi dari Persiraja.

Termasuk juga Putut Wijanarko asal Assyabaab SG dan Adi Priyanto yang dipinjam dari Gelora Dewata. Rata-rata mereka baru bergabung dengan waktu yang semakin menipis sehingga persiapan dari segi chemistry cukup riskan sebenarnya.

But, well, setidaknya itu angin segar yang sangat menyejukkan untuk Persebaya.

Dapat Cobaan Lain

Tidak hanya gagal meminjam lima pemain pilarnya dari Pelatnas, Persebaya harus menghadapi problem pelik lainnya jelang pertandingan melawan Hyundai Ulsan (23/08/1997). Beberapa pemain Bajul Ijo lain ada yang tidak dalam kondisi terbaik. Waduh!

Legiun asing asal Brasil Justino Pinheiro dipastikan absen pada pertandingan di Gelora 10 Nopember tersebut karena cedera. Sementara Hartono yang diproyeksikan sebagai pengganti Anang Ma'ruf juga mengalami cedera.

Justino Pinheiro harus absen pada pertandingan ini. (foto: Tjandra Moh. Amin/Tabloid BOLA)

Kiper Agus Murod juga mengalami sakit demam. Ketiga pemain tersebut tidak ikut latihan pada H-1 pertandingan. Pelatih Rusdy Bahalwan tetap memasukkan mereka dalam line up pemain.

Syukurlah, meski dalam kondisi yang kurang ideal, dua pemain Kiper Agus Murod dan bek Hartono mampu tampil pada pertandingan keesokan harinya meski mereka baru saja mengalami kendala sehari sebelumnya.

Kalah Tipis 1-2

Dan pada hari pertandingan Piala Champions tersebut, Persebaya dengan segala perjuangannya harus mengakui keunggulan tim tamu Hyundai Ulsan dengan skor 1-2 di Gelora 10 Nopember, Surabaya pada 23 Agustus 1997.

Tiket pertandingan Piala Champions ini dibanderol dengan harga Rp 25.000 untuk kategori VIP dan Rp 8.000 untuk kategori Ekonimi. Suporter Persebaya memadati G10N untuk mendukung perjuangan Arek-Arek Green Force.

Persebaya sebenarnya unggul lebih dahulu pada menit ke-18 melalui legiun asing andalannya, Jacksen Tiago. Beberapa peluang emas juga dihasilkan Persebaya yang sayangnya gagal berbuah gol.

All Photos: Rizal Syahira/Tabloid BOLA

Persebaya vs Hyundai 1997 - Rizal Syahira/Tabloid BOLA Persebaya vs Hyundai 1997 - Rizal Syahira/Tabloid BOLA Persebaya vs Hyundai 1997 - Rizal Syahira/Tabloid BOLA

"Saya sedih. Gol yang saya buat tak mampu memenangkan pertandingan ini. Kini, perjuangan semakin berat," kata Jacksen dikutip dari Tabloid BOLA (M5/08/1997 hlm. 11). Namun striker asal Brasil tersebut tetap optimis timnya mampu bekerja keras lagi untuk meraih hasil maksimal di kandang Hyundai Ulsan.

Ya, Persebaya sendiri bukannya tampil buruk sepanjang pertandingan. Dengan lahirnya beberapa peluang emas, ada harapan yang bisa dikejar oleh Bajul Ijo pada leg kedua. Hal itu juga diakui oleh pelatih Hyundai Ulsan, Ko Jae-wook.

"Jujur saja, kami sebenarnya merasa lebih beruntung dengan kemenangan ini. Sebab, Persebaya sebenarnya tampil sangat bagus," kata pelatih Jae-wook dikutip dari Tabloid BOLA (M5/08/1997 hlm. 11).

Yup, seperti penjelasan sebelumnya, kekalahan tipis ini menjadi modal semangat arek-arek Green Force untuk berjuang bahwa harapan masih terbuka dalam leg-2 pada 3 September 1997 di Korea. Manajer Persebaya, Sunarto Sumoprawiro dalam Tabloid BOLA (M5/08/1997 hlm. 23) mengatakan bahwa kekalahan ini harus dilupakan.

"Kekalahan itu (home lawan Hyundai, Red) jangan dipikirkan lagi. Kita harus membalas kekalahan. Tak peduli di Ulsan sekalipun," kata cak Narto.

Coach Rusdy Kecewa

Persebaya memang menelan kalah. Tapi tahukah Anda apa yang lebih bikin kecewa lagi? Terutama bagi pelatih Rusdy Bahalwan?

Pada hari saat Persebaya bertanding, tim nasional yang sedang menggelar uji coba dengan Persib Bandung justru tidak menurunkan pemain asal Persebaya!

"Ya, saya kecewa. Kalau ternyata mereka hanya dibangkucadangkan. kan lebih baik Aji Santoso dkk. membela Persebaya," kata coach Rusdy dikutip dari Tabloid BOLA (M5/08/1997 hlm. 11). Beliau juga menambahkan, jika pelatih timnas Henk Wullems pasti setuju jika pemain Persebaya bertanding melawan tim Korea Selatan karena bisa menambah pengalaman bertanding.